Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 29 November 2013

(Masih) Bobroknya Pendidikan di Indonesia

by pada 11 Juli 2013
(hilmykhoiri.wordpress.com)
(hilmykhoiri.wordpress.com)
Oleh Herti Annisa
Indonesia kembali dihadapkan dengan ketidakmampuan pemerintah menangani masalah pendidikan. Belum reda ingatan kita tentang sekolah rusak di beberapa daerah, Indonesia harus menelan pil pahit akan berantakannya Ujian Nasional yang terasa amburadul.
Ujian Nasional memang sudah selesai hampir satu bulan yang lalu, tapi ingatan tentang ketidakbecusan pemerintah menjadikan warga Indonesia berpendidikan seolah tidak pernah hilang. UN sebagai ujian penentu lulus atau tidaknya siswa, ternyata menjadi hal yang membuktikan atas buruknya kualitas penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Sebelas provinsi di Indonesia harus menunda UN karena soal belum diterima.
Anggota Komisi X DPR-Fraksi PDI-P, Itet Tridjajati Sumarijanto, berpendapat bahwa kekacauan pelaksanaan UN 2013 merupakan imbas dari sistem pendidikan nasional yang tidak terimplementasi dengan baik. Apalagi, kekacauan selalu terjadi berulang kali dan tahun 2013 merupakan kekacauan yang terburuk sepanjang sejarah penyelenggaraan UN.
Pelajar Demo
Tidak hanya tentang UN, fasilitas sekolah yang rusak juga menjadi masalah utama. Minimnya bahkan tidak adanya fasilitas di sekolah, ternyata tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Masalah itu seolah tidak ada habisnya, sampai saat ini. Dari wilayah pedesaan sampai ibu kota, dari sekolah biasa hingga sekolah bertaraf internasional.
Pada tahun 2011, ratusan pelajar SMA Negeri 2 Palu, Sulawesi Selatan, melakukan demo di Kantor Wali Kota Palu di Jalan Balai Kota Selatan, Kecamatan Palu Selatan, Sulawesi Tengah, setelah sebelumnya berorasi di halaman sekolah.
Siswa sekolah bertaraf internasional tersebut mengeluhkan ruang belajar panas, WC rusak, dan fasilitas lainnya yang tidak memadai.  Padahal mereka diwajibkan membayar uang sejumlah uang komite sebesar Rp. 200 ribu dan uang pemutuan sebesar Rp4,5 juta yang dibayarkan ketika mendaftar di sekolah tersebut.
Tidak hanya di Palu, siswa SMKN 2 Garut berunjuk rasa pada tahun 2012. Lagi-lagi mengenai fasilitas sekolah yang tidak memadai. Kali ini, mereka melalukan aksi protes dengan cara tutup mulut atau bungkam seribu bahasa. Mereka menanyakan dana sumbangan pembinaan pendidikan serta dana sumbangan pendidikan yang telah mereka bayarkan.
Kejadian cukup memilukan terjadi di Bima, Nusa Tenggara Barat. Siswa sekolah dasar yang seharusnya belum berpikir untuk melakukan aksi demo, mau tidak mau melakukan hal itu dengan menanyikan lagu Bongkar karya Iwan Fals.
Ialah ratusan siswa SDN 07 Kota Bima yang bernyanyi sambil melompat-lompat di depan halaman sekolah. Mereka hendak menuntut para pembesar daerah mengembalikan sekolah mereka. Sebanyak 284 siswa tersebut akhirnya mogok belajar, lantaran rehabilitasi sekolah mereka hingga kini belum dituntaskan.
Dari beberapa cerita di atas, ternyata kisah memilukan tentang buruknya fasilitas pendidikan di Indonesia masih terdengar di tahun 2013. Waktu berlalu, tetapi usaha pemerintah belum membuahkan hasil.
Sebanyak 1.644 ruang kelas yang tersebar di 251 sekolah dasar, baik negeri maupun swasta, naungan Dinas Pendidikan Sumenep perlu direhab karena rusak. Dari 1.644 sekolah yang rusak, sebanyak 753 ruang di antaranya masuk kategori rusak berat, sedangkan  891 ruang masuk kategori rusak ringan dan sedang.
Satu tahun yang lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyodo menginstruksikan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, agar tidak ada lagi gedung dan bangunan sekolah yang rusak pada tahun 2014. Tepatnya pada tanggal 31 Juli 2012, dalam rapat koordinasi yang dipimpin Kepala Negara di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nur memaparkan perkembangan penyelesaian perbaikan gedung dan bangunan sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar